Cuaca Panas Ekstrem Kapan Berakhir? Ini Kata BMKG

Reporter

Binti Nikmatur

Editor

Dede Nana

19 - Oct - 2025, 04:04

Ilustrasi cuaca panas. (Foto: Shutterstock)

JATIMTIMES - Cuaca panas ekstrem masih dirasakan di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir. Suhu udara yang mencapai lebih dari 37°C membuat banyak warga mengeluhkan hawa panas yang tak kunjung reda. Hingga Minggu (19/10/2025), muncul trending "cuaca ekstrem BMKG", banyak warganet yang mencaritahu kapan terik ini akan berakhir. 

Dikutip dari keterangan resmi BMKG, Minggu (19/10/2025), suhu maksimum tercatat mencapai 38,2°C di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan terakhir. Sementara pada Selasa (14/10/2025), suhu panas di sejumlah daerah berkisar antara 34–37°C, terutama di wilayah tengah dan selatan Indonesia seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga sebagian Kalimantan.

Baca Juga : Trending di X, Mahasiswa Unud yang Tewas Melompat Diduga Akibat Perundungan

Kondisi ini, menurut BMKG, merupakan bagian dari siklus tahunan yang biasanya terjadi menjelang akhir musim kemarau. Namun, intensitas panas tahun ini terpantau lebih tinggi dari rata-rata biasanya.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa cuaca panas ekstrem diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November 2025. Setelah itu, suhu udara akan mulai menurun seiring dengan datangnya musim hujan.

“Cuaca panas ekstrem kemungkinan akan mulai mereda akhir Oktober hingga awal November, seiring masuknya musim hujan dan peningkatan tutupan awan,” ujar Dwikorita. 

Ia juga menambahkan bahwa peralihan menuju musim hujan akan membawa peningkatan kelembapan udara dan berkurangnya intensitas radiasi matahari langsung ke permukaan bumi.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, penyebab utama cuaca panas ekstrem kali ini adalah posisi gerak semu matahari yang sedang berada di wilayah selatan ekuator, serta penguatan angin timuran atau Monsun Australia.

“Posisi ini membuat wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, menerima penyinaran matahari yang lebih intens sehingga cuaca terasa lebih panas di banyak wilayah Indonesia,” jelasnya. 

Guswanto memaparkan, pada periode Oktober, matahari bergerak mendekati belahan bumi selatan. Sementara itu, Monsun Australia yang membawa massa udara kering dan hangat menyebabkan minimnya pembentukan awan. Akibatnya, radiasi matahari yang masuk ke permukaan bumi tidak tertahan dan membuat suhu udara meningkat signifikan.

Meski panas terasa dominan, BMKG menyebut potensi hujan lokal tetap dapat terjadi di beberapa wilayah. Aktivitas konvektif yang tinggi masih memungkinkan terbentuknya awan hujan pada sore hingga malam hari, terutama di sebagian wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua.

Baca Juga : Waspada, Gempa M 4,8 Guncang Cilacap, Ini Tips Keselamatan dari BMKG

“Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kondisi tubuh dengan mencukupi kebutuhan cairan dan menghindari paparan sinar matahari langsung dalam waktu lama, khususnya saat siang hari,” kata Guswanto.

Ia juga mengingatkan agar warga tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak. “Tetap waspada terhadap potensi perubahan cuaca mendadak seperti hujan disertai petir dan angin kencang pada sore atau malam hari,” tambahnya.

Selain faktor panas ekstrem, BMKG juga mencatat adanya fenomena gelombang Rossby yang mulai bergerak menuju wilayah Jawa Timur pada Minggu (19/10/20245). Fenomena atmosfer berskala besar ini biasanya muncul akibat efek rotasi bumi (gaya Coriolis) dan perbedaan tekanan udara di sekitar ekuator.

Gelombang Rossby dapat memicu penurunan tekanan udara, meningkatkan penguapan, dan menumbuhkan awan konvektif seperti cumulonimbus, yang sering menyebabkan hujan deras disertai petir dan angin kencang.

“Rossby mulai mendekat ke Jatim hari ini, intensitas curah hujan perlahan mulai meningkat,” tulis akun resmi @infobmkgjuanda, Minggu (19/10/2025).