Brawijaya Entrepreneur Festival 2025: Dari Kampus, Lahir Generasi Wirausaha Muda Unggul

Editor

Dede Nana

28 - Oct - 2025, 01:06

Wakil Rektor III Universitas Brawijaya, Dr. Setiawan Noerdajasakti, bersama sejumlah pejabat UB melakukan pemukulan gong, simbol pembukaan berbagai kegiatan dan bentuk dukungan kampus atas terlaksananya kegiatan BEF 2025 (Anggara Sudiongko/MalangTimes)

JATIMTIMES - Dari kampus, ide tentang wirausaha muda dirancang bukan sekadar jualan, tapi soal mencipta, berinovasi, dan menata masa depan. Itulah napas yang menghidupkan Brawijaya Entrepreneur Festival 2025, ajang tahunan yang digerakkan sepenuhnya oleh mahasiswa Universitas Brawijaya. Tahun ini, festival itu menjelma menjadi ruang kolaborasi antara semangat bisnis, kreativitas, dan budaya digital yang sedang naik daun.

Frida Nisa Fitri, Project Manager Brawijaya Entrepreneur Festival 2025, menyebut kegiatan ini bukan sekadar pameran usaha. Ia menyebutnya sebagai perayaan ide dan ruang belajar. “Rangkaian acaranya banyak sekali. Ada seminar Arcadia Dialog, expo, dan lima workshop yang semuanya diminati mahasiswa,” tuturnya, Selasa, (28/10/2025).

Baca Juga : Semangat Sumpah Pemuda Tetap Menyala di Balik Jeruji Rutan Situbondo

Dalam seminar utama, panitia menghadirkan pembicara dari kalangan yang akrab dengan dunia industri kreatif, mulai dari brand ambassador Wardah dan Paragon hingga YouTuber Leonardo Edwin.

Menurut Frida, kehadiran nama-nama tersebut bukan sekadar untuk menarik perhatian massa. Mereka membawa pesan bahwa wirausaha bukan hanya soal berdagang, tapi tentang membangun identitas, merawat kreativitas, dan memahami pasar dengan cara baru. “Kita ingin menekankan bahwa wirausaha itu tak sebatas jualan. Ini soal bagaimana personal branding, fashion, dan konten bisa menjadi industri,” ujarnya.

2

Expo tahun ini pun menjadi bukti hidup dari gagasan itu. Lebih dari 120 tenant ikut serta, dengan 70 persen di antaranya merupakan mahasiswa yang sudah menekuni bisnis mandiri. Sisanya, datang dari UMKM dan industri kreatif lokal yang turut memamerkan karya, mulai dari produk F&B, teknologi, hingga fashion. “Kita ingin tunjukkan bahwa mahasiswa bisa sejajar dengan pelaku bisnis di luar kampus. Bahwa ide-ide muda itu bisa tumbuh dan bernilai,” kata Frida.

Tak berhenti di sana, festival ini juga menampilkan berbagai aktivitas yang membuat suasana benar-benar hidup: beauty booth dari lebih dari 20 brand, kompetisi e-sport, cosplay event, hingga mukbang challenge. “Kami ingin menghadirkan festival yang menyentuh semua sisi mahasiswa, hiburan, bisnis, dan edukasi,” tambahnya.

Lewat lima workshop yang digelar, peserta diajak belajar merawat diri, mengenal tren kecantikan, hingga membuat racikan produk makeup sendiri. “Workshop ini selalu ramai. Kita ingin mahasiswa tahu bahwa kreativitas juga bisa jadi pintu menuju kemandirian,” jelas Frida.

Tema besar tahun ini, Creative Runner, diambil untuk mencerminkan semangat generasi yang terus berlari di jalur industri kreatif. Di tengah derasnya tren personal branding dan beauty, panitia ingin mengajak mahasiswa tak hanya menjadi penonton, tapi pelaku. “Kita optimalkan tren yang sedang naik, tapi kita kemas dengan pendekatan edukatif dan kolaboratif,” ujarnya.

3

Sementara itu, Wakil Rektor III Universitas Brawijaya, Dr. Setiawan Noerdajasakti, menilai kegiatan ini sangat strategis bagi mahasiswa. Menurutnya, wirausaha tidak bisa lahir begitu saja. Ia harus dibentuk dengan rancangan yang matang sejak masa kuliah. “Mencetak lulusan wirausaha itu harus by design. Sejak mahasiswa, mereka perlu diarahkan lewat berbagai program,” ujarnya.

Setiawan mencontohkan berbagai langkah yang telah dilakukan kampus: mulai dari mata kuliah kewirausahaan, program mahasiswa wirausaha (PMW) yang didanai universitas dan fakultas, hingga program nasional seperti P2MW dan KMI Expo. UB juga mengembangkan Akademi Wirausaha Mahasiswa Merdeka (AWMM) dan mendirikan lembaga kemahasiswaan seperti UKM Kewirausahaan yang kini menjadi motor utama penyelenggara festival ini.

“Ini semua bagian dari ekosistem yang kita bangun untuk menyiapkan mahasiswa punya arah. Setelah lulus, mereka harus tahu apakah akan bekerja, studi lanjut, atau berwirausaha,” tutur Sakti sapaan akrabnya. 

Baca Juga : Peringati Sumpah Pemuda, Ketua Golkar Situbondo Yani Ajak Pemuda Jadi Motor Penggerak Kemajuan Bangsa

Ia menekankan pentingnya mental wirausaha yang tidak bisa dibentuk hanya lewat teori. Lingkungan, keluarga, hingga dukungan kampus, semua harus bergerak serempak. Menurutnya, mahasiswa perlu punya plan A, plan B, bahkan plan C untuk menata masa depan. “Kalau nanti memilih jalur wirausaha, kampus sudah memberi bekal yang cukup,” tambahnya. UB juga tengah memperkuat program profiling startup yang menjadi bagian dari prioritas rektorat. Program ini diharapkan melahirkan startup yang tidak hanya berdiri, tapi juga berkelanjutan.

“Memulai itu mudah, yang sulit adalah menjaga agar tetap hidup. Di situlah pentingnya bimbingan, mentoring, dan pendampingan yang konsisten,” ujar Setiawan menutup.

Lewat Brawijaya Entrepreneur Festival 2025, Universitas Brawijaya bukan hanya melahirkan wirausaha muda, tapi juga menanamkan paradigma baru: bahwa bisnis, kreativitas, dan masa depan bisa dirancang sejak di bangku kuliah, bukan menunggu dunia kerja mengetuk pintu.