JATIMTIMES - BPJS Kesehatan Malang menegaskan pentingnya langkah promotif dan preventif dalam menjaga kesehatan masyarakat. Upaya ini dinilai krusial untuk menekan lonjakan pembiayaan penyakit katastrofik di Kota Malang, yang hingga kini masih menjadi penyerap anggaran terbesar dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Penyakit katastrofik menurut BPJS Kesehatan antara lain, jantung, kanker, stroke, gagal ginjal kronis, sirosis hati dan thalassemia mayor. BPJS Kesehatan Malang membeberkan besaran anggaran yang dikeluarkan untuk penyakit katastrofik.
Baca Juga : Bentuk Komisi Daerah Lansia, Pemkot Batu Punya PR Perlindungan dan Pemberdayaan Kelompok Rentan
Dari data BPJS Kesehatan Cabang Malang menunjukkan, empat penyakit katastrofik dengan pembiayaan terbesar hingga Juni 2025 di wilayah Kota Malang. Penyakit yang paling banyak ditangani adalah penyakit jantung dengan nilai klaim sebesar Rp 71,5 miliar dengan 89.939 kasus.
Pada posisi kedua ada penyakit stroke dengan nilai klaim Rp26 miliar dengan 17.656 kasus. Kemudian kanker sebesar Rp22,9 miliar dengan 16.285 kasus.
Kemudian pada posisi ke empat penyakit gagal ginjal senilai Rp17 miliar dengan 14.542 kasus. Kepala BPJS Kesehatan Cabang Malang, Yudhi Wahyu Cahyono, menjelaskan pencegahan diabetes melitus dan hipertensi menjadi yang utama.
“Karena penyakit-penyakit itu yang akhirnya memicu penyakit katastropik, tak hanya diderita peserta usia tua namun kalangan muda dengan usia di bawah 40 tahun,” ujar Yudhi saat acara media gathering di Zocco Heritage, Kota Malang.
Selama ini, penyakit-penyakit katastropik sangat dominan. Bahkan lebih dari 25 persen menyerap beban anggaran JKN. Yudhi juga menyoroti pentingnya partisipasi aktif masyarakat sebagai peserta JKN, khususnya dalam pembayaran iuran bulanan, demi kelancaran pembiayaan layanan kesehatan.
Baca Juga : Responsif Soal Kamtibmas, Kota Malang Dapat Apresiasi Kemendagri
Kemudian upaya lainnya yang dilakukan, BPJS Kesehatan Malang gencar mengkampanyekan program promotif dan preventif, yang menekankan pentingnya gaya hidup sehat dan pencegahan penyakit sejak dini.
“Karena itu, kami ingin mengajak masyarakat membangun pola hidup sehat. Pencegahan jauh lebih baik dan lebih murah daripada pengobatan,” imbuh Yudhi, Senin (8/9/2025).
Pola hidup sehat ini dilalukan, Lanjut Yudhi misalnya dengan rutin berolahraga, menjaga pola makan, serta melakukan deteksi dini. “Kalau kita hanya mengobati, biayanya akan terus membengkak. Namun jika kita mencegah, manfaatnya bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk keberlanjutan program JKN,” tutup Yudhi.